Nama : Amelia Putri
Liliani
NPM : 10210607
Kelas : 3 EA 18
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Penalaran deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya
telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan
teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Ketepatan penarikkan
kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran
premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Apabila salah satu dari
ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan
yang ditariknya akan salah.
MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
MENARIK SIMPULAN SECARA
TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua
premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum, sedangkan yang kedua
adalah yang bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung ada 2,yaitu
: Silogisme dan Entimem.
A.
Silogisme
adalah penarikan simpulan
melalui 2 premis yaitu premis umum dan premis khusus guna
menurunkan premis baru (simpulan). Jadi, dalam silogisme terdapat 3 premis.
- Premis
umum : premis mayor ( My )
- Premis khusus : premis minor ( Mn )
- Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
- Premis khusus : premis minor ( Mn )
- Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Selanjutnya, Silogisme terdiri dari :
1. Silogisme Kategori ( golongan )
2. Silogisme Negatif
3. Silogisme Hipotesis
4. Silogisme Alternatif
1. Silogisme Kategori ( golongan )
2. Silogisme Negatif
3. Silogisme Hipotesis
4. Silogisme Alternatif
1.
Silogisme Kategori
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari
tiga proposisi.
1. Premis umum : Premis Mayor (My)
2. Premis khusus : Premis Minor (Mn)
3. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek
dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut
term minor. Aturan umum dalam
silogisme kategorial sebagai berikut:
1. Silogisme harus terdiri atas
tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga
proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak
dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya
negatif, simpulan pasti negatif.
5. Dari premis yang positif,
akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus
tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis
mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Fredy adalah mahasiswa
K : Fredy lulusan SLTA
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Fredy adalah mahasiswa
K : Fredy lulusan SLTA
My : Semua profesor pandai
Mn : Pak Justin adalah profesor
K : Pak Justin pandai
Mn : Pak Justin adalah profesor
K : Pak Justin pandai
2.
Silogisme
negative
Biasanya ditandai dengan menggunakan kata tidak atau bukan pada
premis dan simpulan. Apabila satu premis dalam silogisme bersifat negatif, simpulannya
pun bersifat negatif juga.
1. Premis
umum (PU) : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A)
memiliki sifat atau hal tertentu (B)
memiliki sifat atau hal tertentu (B)
2. Premis
Khusus (PK) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang(C) adalah anggota golongan tertentu itu (A).
3.
Simpulan (S) : menyatakan bahwa sesuatu atau
seseorang itu (C) memiliki sifat atau hal tersebut
pada B (B).
contoh :
PU : Semua A=B
Semua penderita penyakit lever tidak boleh makan makanan berlemak.
PK : C=A
Paman mengidap penyakit lever.
S : C=A
Paman tidak boleh makan makanan yang berlemak.
contoh :
PU : Semua A=B
Semua penderita penyakit lever tidak boleh makan makanan berlemak.
PK : C=A
Paman mengidap penyakit lever.
S : C=A
Paman tidak boleh makan makanan yang berlemak.
3.
Silogisme Hipotesis
Dalam hal ini, bentuk silogisme
hipotesis memiliki 2 premis yaitu premis mayor
dan premis minor. Kemudian premis mayor biasanya menggunakan ungkapan hipotesis dan memiliki satu konklusi.
dan premis minor. Kemudian premis mayor biasanya menggunakan ungkapan hipotesis dan memiliki satu konklusi.
contohnya :
PU : Jika hari ini tidak ujian saya datang ke rumahmu
PK : Hari ini ujian
S : Saya tidak datang ke rumahmu.
PU : Jika hari ini tidak ujian saya datang ke rumahmu
PK : Hari ini ujian
S : Saya tidak datang ke rumahmu.
4.
Silogisme
Alternatif
Bentuk silogisme alternatif :
a. Memiliki premis mayor dan premis minor
b. Premis Mayor menggunakan ungkapan alternatif
c. Premis minor menolak salah satu pilihan
d. Memiliki satu konklusi
contoh :
Premis Mayor : A atau B
Premis Minor : Bukan A
Konklusi : B
Dalam Kalimatnya :
PU : Kegagalan penulisan ilmiah selalu disebakan oleh analisa rangkaian yang tidak
sempurna atau alat yang rusak
PK : Tahun ini kegagalan penulisan ilmiah selalu disebabkan oleh analisa rangkaian
yang tidak sempurna.
S : Kegagalan penulisan ilmiah ini disebabkan oleh alat yang rusak.
Bentuk silogisme alternatif :
a. Memiliki premis mayor dan premis minor
b. Premis Mayor menggunakan ungkapan alternatif
c. Premis minor menolak salah satu pilihan
d. Memiliki satu konklusi
contoh :
Premis Mayor : A atau B
Premis Minor : Bukan A
Konklusi : B
Dalam Kalimatnya :
PU : Kegagalan penulisan ilmiah selalu disebakan oleh analisa rangkaian yang tidak
sempurna atau alat yang rusak
PK : Tahun ini kegagalan penulisan ilmiah selalu disebabkan oleh analisa rangkaian
yang tidak sempurna.
S : Kegagalan penulisan ilmiah ini disebabkan oleh alat yang rusak.
B.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada sinar
matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis.
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme
dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan
silogisme.
Referensi
1. Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi
Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
2. Ambarwati, Sri Bahasa
Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva
Pakarindo
3. Arifin, Zaenal, E. dan
S.Amran Tasai.2009.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:
Akademika Pressindo
4. Buku
panduan Bahasa Indonesia Ganesha Operation
5. ati@staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar